Design Campaign Gus Baha Terbaru
公開日:2022/02/07 / 最終更新日:2022/02/07
Design Campaign Gus Baha Terbaru
Poster Gus Baha Terbaru
Berasal dari silsilah keluarga ayahnya, Gus Baha’ merupakan ulama generasi ke-4 yang pakar didalam Al-Qur’An. Sedangkan berasal dari silsilah ibunya, Gus Baha jadi bagian berasal dari keluarga besar ulama Lasem, berasal dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Gus Baha adalah putra seorang ulama pakar Alquran dan juga pengurus Lp3ia Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’An, Kiai Nursalim al-hafizh, berasal dari Narukan, Kragan, Rembang. Kiai Nursalim adalah santri berasal dari Kiai Arwani Suci dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati.
Untuk pendidikan resmi, Gus Baha bukan dulu mengenyam pendidikan di kampus, melainkan product santri yang lulus berasal dari pondok pesantren, yaitu Pesantren Al-Anwar Sarang yang dikelola oleh KH Maimoen Zubair.
Meski hanyalah tamatan pesantren, tetapi secara ilmiah ia tidak kalah dengan ulama atau profesor di bidang pengetahuan-pengetahuan keislaman.
Ia menguasai bermacam bidang pengetahuan, mulai berasal dari Fikih, Usul Fiqh, Tasawuf, Tauhid, Pengetahuan Al-Qur’An, Hadits, Tafsir, sampai Sejarah Islam.
Dikarenakan ilmunya, maka bukan heran didalam tiap tiap ceramah atau pengajian berlimpah terdapat kata-kata mutiara atau kata bijak (Kutipan) yang sanggup diabadikan bersama dengan kampanye layaknya di atas atau juga poster.
Anak adalah penerus sujud orang tuanya
17-07-2021 (Abah)
K.H. Ahmad Bahauddin, lebih dikenal bersama Gus Baha (29 September 1970), adalah seorang ulama Nahdlatul Ulama (Nu) asal Rembang. Ia dikenal sebagai salah satu ulama tafsir yang miliki ilmu mendalam berkenaan Al-Qur’An. Ia adalah salah satu santri berasal dari ustadz kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Garis keturunannya berlanjut ke ulama besar. Bersama dengan Kiai Nursalim, KH Hamim Jazuli (Gus Miek) memulai gerakan Jantiko (Jemaat Anti Koler) yang mengadakan kajian sirkular Al-Qur’An.
Jantiko sesudah itu berganti Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Terkadang ketiganya disebut dengan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.
Sehabis selesaikan pendidikannya di Sarang, Gus Baha’ menikah bersama dengan seorang putra Kiai bernama Ning Winda, pilihan pamannya berasal dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik perihal pernikahannya. Terjadi pada saat sebelum lamaran, Gus Baha’ bertemu calon mertuanya dan mengatakan sesuatu.
Ia tunjukkan bahwa hidupnya bukanlah style kehidupan yang glamor, melainkan kehidupan yang terlalu simple. Dia mencoba meyakinkan calon mertuanya untuk mempertimbangkan lagi planning pernikahan. Pasti saja, maksudnya ayah mertuanya agar tidak kecewa kedepannya. Tetapi mertuanya cuman tersenyum dan mertuanya sebatas berkata “Klop” alias sami mawon kalih kulo (Mirip layaknya saya).
Kesederhanaan Gus Baha terbukti waktu berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk menggelar akad nikah terhadap pas yang udah ditentukan. Gus Baha’ berangkat sendiri ke Pasuruan bersama naik bus kelas ekonomi. Kesederhanaannya bukanlah sebuah kebetulan namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Sesudah menikah, Gus Baha’ mencoba hidup berdikari bersama dengan keluarga barunya. Gus Baha’ menetap di Yogyakarta. Selama di Jogja, ia mengontrak suatu tempat tinggal untuk ditinggali keluarga kecilnya.
Semenjak Gus Baha’ menetap di Yogyakarta, tak terhitung muridnya di Karangmangu yang merasa kehilangan. Sampai kelanjutannya mereka mengikuti Gus Baha’ ke Yogya dan urunan untuk menyewa tempat tinggal di dekat rumahnya. Tidak ada tujuan lain, hanya untuk tetap mampu mengaji kepadanya. Tersedia lebih kurang 5 atau 7 mutakhorijin al-anwar dan mahasiswa MGS yang berangkat ke Yogya. Selama ini di Yogya berlimpah orang di kira-kira tempat tinggal Gus Baha kelanjutannya memintanya untuk mengaji.
Keilmuan
Gus Baha’ kecil diajari untuk studi dan menghafal Al-Qur’An segera oleh ayahnya bersama dengan mengenakan metode tajwid dan huruf makhorijul secara disiplin. Hal ini disesuaikan bersama ciri yang diajarkan oleh guru ayahnya, yaitu Kh. Kudus Arwani. Disiplin ini menjadikan Gus Baha’ di usia muda, dapat menghafal 30 Juz Al-Qur’An dan Qira’Ahnya. Selagi remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha’ untuk tinggal dan mengabdi terhadap Syaikhina Kh. Maimoen Zubair di Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang. Pondok al-anwar berada tepat lebih kurang 10 km sebelah timur rumahnya.
Di Pondok Pesantren al-anwar inilah pengetahuan-pengetahuan Gus Baha mulai menonjol, layaknya pengetahuan hadits, fiqh, dan tafsir. Di dalam pengetahuan hadits, Gus Baha’ sanggup melengkapi hafalan Shahih Muslim lengkap bersama matan, rowi, dan sanad. Tidak cuman itu, ia juga selesaikan dan menghafalkan isi kitab Fathul Mu’In dan kitab-kitab tata bahasa Arab layaknya ‘Imrithi dan Alfiah Ibn Malik.
Apalagi, menurut suatu cerita, jumlah hafalan yang dimiliki Gus Baha’ membuatnya jadi santri pertama al-anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak. Tak hanya tersebut, moto logo menurut cerita lain juga disebutkan bahwa, ketika mereka akan mengadakan lembaga musyawarah atau batsul masa’il di penginapan, tak terhitung teman Gus Baha menampik untuk membiarkan Gus Baha’ berpartisipasi didalam lembaga itu, dikarenakan dia diakui belum setingkat santri pas tersebut. Umumnya sebab kedalaman pengetahuan, luasnya wawasan, dan banyaknya hafalan yang dimilikinya. Maka, berdasarkan kedalaman pengetahuan yang dimiliki Gus Baha’ inilah yang sesudah itu mengakibatkan Gus Baha’ dipercaya jadi Rois Fathul Mu’In dan Ketua Ma’Arif didalam kepengurusan Pondok Pesantren Al-Anwar.
Tidak cuman menonjol bersama dengan ilmunya, ia juga merupakan sosok santri yang dekat bersama Kiainya. Di dalam bermacam kesempatan, ia kerap mendampingi gurunya Syaikhina Kh. Maimoen Zubair untuk beragam kebutuhan. Mulai berasal dari semata-mata ngobrol santai, sampai urusan melacak ta’bir dan terima tamu ulama besar yang datang ke al-anwar. Sampai ia dijuluki sebagai murid kesayangan Syaikhina Kh. Maimun Zubair.
Didalam satu cerita, dia dulu dipanggil untuk melacak ta’bir berkenaan sebuah persoalan oleh Syaikhina. Sebab ta’bir ditemukan begitu cepat tanpa terhubung surat keterangan buku yang bersangkutan, Syaikhina tergerak dan berkata “Iyo Ha’… Koe pancen tersebut pandai” (Betul… Kamu memang pandai).
Gus Baha’ juga kerap dijadikan contoh oleh Syaikhina sementara beri tambahan mawa’izh di beraneka kesempatan berkaitan profil santri idaman. “Santri Iku yo Koyo Baha’ iku….” (Santri itu ya seperti Baha’ itu).
Tidak cuman menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al-Anwar di Rembang, ayahnya dulu menawarkan Gus Baha’ untuk tinggal di Rushoifah atau Yaman. Tapi Gus Baha’ menampik dan lebih memilih untuk terus tinggal di Indonesia, mengabdikan diri terhadap almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi’Iyyah Pp. al-anwar dan pesantrennya, Lp3ia. Sesudah ayahnya meninggal terhadap th 2005, Gus Baha’ melanjutkan tongkat estafet pengasuhan anak di pesantrennya, Lp3ia Pesantren Narukan.
Selama jadi pengasuh di pondoknya, segudang mahasiswa di Yogyakarta yang merasa kehilangan kepulangannya ke Narukan. Kelanjutannya para siswa pergi sowan dan memintanya untuk lagi ke Yogyakarta, hingga kelanjutannya Gus Baha setuju, tetapi sekedar sebulan sekali. Tak hanya jadi pengasuh di pondoknya dan mengikuti pengajian di Yogyakarta, Gus Baha juga diminta mengikuti pengajian tafsir Al-Qur’An di Bojonegoro, Jawa Timur. Adapun pembagian waktunya, di Yogya minggu paling akhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua tiap tiap bulannya. Hal ini rutin dikerjakan Gus Baha’ semenjak year 2006 sampai sekarang.
Gus Baha kuliah dimana?
Pondok al-anwar tepat berada kurang lebih 10 km arah timur berasal dari rumahnya. Di Pondok Pesantren al-anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol layaknya pengetahuan hadis, fikih, dan tafsir.
Gus Baha lulusan apa?
Gus Baha mulai menempuh pendidikan Al Quran semenjak dini lewat didikan sang ayah. Kala remaja, Gus Baha dititipkan ayahnya kepada Syaikhina KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Rembang. Semenjak sementara itulah keilmuan Gus Baha terlihat lebih menonjol bersama dengan santri-santri lainnya.
Pondok Pesantren Gus Baha dimana?
Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina Kh. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, lebih kurang 10 km arah timur Narukan.
search in terms :
gus baha terbaru pengajian 2020 2021 ahmad bahauddin nursalim pondok kata2 tentang hidup istrinya pesantren adalah ponpes bahaudin kajian youtube pendaftaran hti juli live lp3ia biaya mp3 bijak alquran terjemahan pendidikan kumpulan tulisan kesederhanaan najih dan maret cak nun quran quraish shihab cinta mbah moen lukisan javar menurut agustus salafi putri hd habib rizieq sholat hari ini nu vs wahabi lucu akhir zaman kelahiran mei kediaman mus kautsar masuk takdir pondoknya fpi tujuan najwa rezeki keilmuan sederhana syukur uii ikhlas riba jodoh tasawuf syekh siti jenar terkini maulid nabi adi hidayat pengasuh pernikahan anjing uas tahlilan milik gojlok tauhid wali september juni jabatan sabar lailatul qadar asli muhammadiyah kecerdasan ayat kursi fiqih sedekah qurban 2019 abdul somad pbnu ramadhan kelebihan bersyukur bapaknya izzati nuril yusuf mansur oktober di formal menikah sujud qoyyum tahajud abu nawas tashih miftah idrus ramli online menangis bahagia sombong ugm puasa baru unisma mata desember sedulur papat limo pancer luthfi pekerjaan tahfidz kehidupan kritik khilafah.
「Uncategorized」カテゴリーの関連記事